Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Siap Jadi Oposisi, Surya Paloh: Negara Sudah Berubah Menjadi Negara Otoriter atau Bermonarki

22 Oktober, 2019 | 10/22/2019 WIB Last Updated 2019-10-22T04:39:39Z
Partai Nasdem siap menjadi oposisi jika semua partai gabung koalisi, Surya Paloh: Negara sudah berubah menjadi negara otoriter, atau bermonarki. - Tribunnews.com/ Chaerul Umam

Partai Nasdem memberikan sinyal siap menjadi oposisi pada pemerintahan kali ini.

Padahal, Partai Nasdem diketahui merupakan salah satu partai pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019.

Sinyal tersebut diberikan langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh usai menghadiri pelantikan Jokowi-Ma'ruf di Gedung Kura-Kura, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019).

Menurut dia, bila semua partai politik mendukung pemerintah, Partai Nasdem siap menjadi oposisi.

Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi," kata Surya seperti dilansir dari Kompas TV, Senin (21/10/2019).


Hari ini, Jokowi memanggil sejumlah kandidat calon menteri ke Istana Kepresidenan.

Hingga pukul 16.30 sudah ada sebelas orang yang menyambangi Istana.

Mereka yaitu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu, Bos Gojek Indonesia Nadiem Makarim, dan Bos NET TV Wishnutama.

Selanjutnya, pengusaha Erick Thohir, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, mantan Mensesneg Pratikno, relawan Jokowi-Ma'ruf Fadjroel Rachman dan peneliti Populi Center Nico Harjanto

Terakhir yang datang yakni Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Edhy Prabowo.

Seperti diketahui, Partai Gerindra merupakan rival partai politik pendukung Jokowi-Ma'ruf saat pilpres lalu.

Surya sebelumnya menyatakan, bila seluruh partai menjadi koalisi pemerintahan, dikhawatirkan sistem check and balance akan hilang.

Padahal, sistem tersebut diperlukan di dalam negara demokrasi seperti yang dianut Indonesia.

"Kalau begitu check and balance tidak ada, tidak ada lagi yang beroposisi berarti demokrasi sudah selesai.

Negara sudah berubah menjadi negara otoriter, atau bermonarki," ujarnya.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi rival Jokowi pun turut merapat gabung ke Kabinet Kerja Jilid II.

Prabowo telah tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019).

Mengenakan kemeja putih, Prabowo datang bersama Wakil Ketua Umum Edhy Prabowo.

Usai pertemuan, Prabowo mengakui diminta Jokowi menjadi menteri di bidang pertahanan.

"Saya baru saja menghadap bapak presiden yang baru kemarin dilantik.

Saya bersama Edhy Prabowo kami diminta untuk memperkuat kabinet beliau dan saya sudah sampaikan keputusan kami dari Partai Gerindra apabilandiminta kami siap membantu."

"Hari ini resmi diminta dan kami siap membantu. Saya beliau izinkan menyampaikan bahwa saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan," ujar dia.




Komposisi Kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) jilid II atau Kabinet baru Jokowi mulai terlihat.

Hal ini setelah Jokowi memanggil sejumlah orang ke Istana Negara, Senin (21/10/2019).

Orang-orang yang dipanggil ke Istana dan bertemu dengan Jokowi itu diprediksi kuat bakal dipilih Jokowi sebagai menteri.

Mereka datang mengenakan kemeja putih, khas baju kerja Jokowi.

Beberapa di antara mereka secara terang-terangan mengakui diminta oleh Jokowi untuk menjadi menteri.

Di antaranya, Prabowo secara terang-terangan menyatakan diminta Jokowi menjadi Menteri di Bidang Pertahanan.

Hingga berita ini ditulis pada Senin (21/10/2019) sore, proses pemanggilan masih terus berlangsung.

iklan

close